Ramalan Dukun 2022 (Bagian 4 - 5)
Dukun
Bolehkah kita mempercayai ramalan dukun? Cerita bersambung dengan judul Ramalan Dukun 2022 ini adalah cerita fiksi tentang seorang perempuan yang terjebak didalam lingkaran setan, kepercayaannya kepada seorang dukun telah membutakan mata hatinya, hingga akhirnya dia sadar bahwa selama ini dia telah tertipu mentah-mentah oleh sang dukun yang katanya mampu melihat masa depan.
Bagian Empat
*****
Seringkali suaminya menyarankan agar Ia berobat ke dokter, tapi Juminten menolak mentah-mentah, alasannya bahwa dulu sudah berkali-kali dibawa berobat ke dokter, tapi tidak sembuh-sembuh, jadi saat ini Ia percaya bahwa hanya dukun wanita itu yang mampu mengobati sakitnya.
Mery berhasil menghasut Juminten, sehingga dia percaya bahwa yang membuat sakit dirinya itu adalah Surtini yang diam-diam telah meminta bantuan seorang dukun untuk menghabisi nyawanya.
Ketika mereka ribut bertiga, Surtini hanya menangis menerima tuduhan dari "kakak"nya. Jaka sangat tau bahwa Surtini tidak pernah pergi ke dukun, apalagi Surtini pendatang di Kota tempat mereka tinggal. Surtini tidak berani berbohong karena Jaka akan mengetahuinya.
Jaka sangat tau bahwa sakit yang di derita Juminten itu adalah sakit "bawaan", dengan tanpa bermaksud membela salah satu istrinya, Jaka mengingatkan Juminten, bahwa sakit yang di deritanya itu sudah ada bahkan jauh sebelum Surtini ini hadir di tengah-tengah mereka.
Juminten tidak terima karena merasa bahwa suaminya itu lebih membela madunya, langsung berteriak-teriak menyumpahi mereka berdua.
Perempuan yang dianggap “adik” itu hanya bisa terdiam dan menangis, karena Ia tidak pernah melakukan apa yang dituduhkan oleh “kakak”nya itu.
Terasa sakit dituduh begitu keji, padahal Ia menyayangi perempuan yang sudah dia anggap seperti “kakak”nya sendiri itu. Surtini mengikuti saran Jaka untuk tidak melawan pada “kakak”nya itu, mungkin ini adalah kesalahan mereka berdua yang selama ini kurang memperhatikan Juminten karena terlalu sibuk dengan pekerjaan mereka.
*****
Langit menghitam disertai angin yang bertiup kencang menggugurkan dedaunan.
Di bawah rintik hujan, Juminten berangkat meninggalkan rumah dengan rasa dendam, ditemani oleh Mery, orang yang dulu memperkenalkannya dengan dukun yang telah membuatnya berubah, tekad Juminten tak lagi bisa di cegah.
Di suatu komplek perumahan, Juminten dan Mery terdiam, melihat bendera putih di simpang jalan masuk ke perumahan yang hendak mereka tuju.
Masih penasaran dengan bendera kematian dan melihat kerumunan orang-orang yang berada tepat di depan rumah dukun langganan mereka.
Merasa ingin tau dengan apa yang sebenarnya telah terjadi di dalam rumah dukun langganannya, Juminten bertanya kepada salah seorang pelayat yang melintas di sebelahnya.
Mulut Juminten dan Mery ternganga, kabar kematian dukun langganannya itu bagaikan suara petir di siang bolong yang menyambar pas di gendang telinganya.
Juminten dan Mery saling pandang, masih tidak percaya dengan ucapan seorang pelayat yang tadi memberitahu keadaan di dalam rumah, dengan segenap rasa penasaran, Juminten masuk ke dalam rumah.
Terlihat sesosok mayat terbujur kaku dengan mata melotot dan lidah terjulur keluar, seperti orang yang tercekik. Wanita yang memiliki berat tubuh sekitar 100 kg itu telah meninggal dunia dalam kondisi keadaan yang sangat mengenaskan.
Dukun Wanita langganannya itu meninggal dunia dengan sangat tragis, dia bunuh diri dengan cara gantung diri menggunakan seutas tali.
Dukun itu memutuskan untuk mengakhiri hidupnya begitu mengetahui bahwa dua anak gadisnya itu hamil di luar nikah, dan yang menghamili kedua anaknya itu adalah lelaki yang juga sudah menitipkan sperma di rahimnya.
*****
Tercenung, Juminten dan Mery yang mengantarnya itu hanya terdiam, tidak mampu berbuat apa-apa, terlebih ketika beberapa orang pelayat yang datang ke rumah dukun itu mulai menatap ke arah mereka, tatapan mereka penuh prasangka.
Desas-desus diantara para pelayat, mengatakan, bahwa dukun itu terlibat hubungan gelap dengan salah seorang "pasien" laki-lakinya. Lelaki itu sama seperti mereka berdua, suka datang ke rumah dukun perempuan itu dengan alasan untuk berobat dari rasa sakit nya yang tak biasa.
Menurut salah seorang pelayat, selama ini masyarakat di kompleks perumahan tempat tinggal dukun beranak tiga itu memang sudah lama resah, praktik perdukunannya itu sudah membuat cemar nama baik komplek perumahan mereka, hanya saja mereka masih belum menemukan bukti dan alasan yang kuat untuk melarang kegiatan yang dilakukan oleh dukun perempuan dan tamu-tamunya itu.
Menurut beberapa warga, beberapa tamu lelaki laki-laki dukun janda beranak tiga itu diketahui bahkan ada yang sampai menginap di rumah dukun gadungan itu seminggu sekali.
Beberapa warga pernah menegurnya, tetapi setiap ditegur, dukun itu selalu marah dan mengancam balik para warga, dukun itu meminta agar para warga tidak ikut campur urusannya.
Alasannya adalah bahwa dia sedang mengobati pasiennya.
Sore tadi warga perumahan itu mendapatkan momentum yang tepat, saat mengetahui ada keributan antara dukun wanita dan anak-anak gadisnya di dalam rumah, mereka pun mencoba datang untuk melerainya, setelah di damaikan oleh warga, rumah dukun itu terlihat sepi.
Selanjutnya, setelah azan magrib berkumandang, terdengar jerit tangis anak-anak dukun wanita, yang mengatakan bahwa ibu mereka telah meninggal dunia dengan cara gantung diri
Usut punya usut baru di ketahui, ternyata dukun itu gantung diri karena tak sanggup menerima kenyataan.
Betapa berat kenyataan yang harus dia terima oleh si dukun wanita, janda beranak tiga itu harus menerima kenyataan, bahwa yang menghamili anak-anaknya itu adalah salah satu pasien lelakinya, lelaki yang juga telah berjanji akan menikahi dirinya.
Ketika adzan magrib berkumandang, dukun perempuan itu memutuskan untuk mengakhiri hidupnya, dengan cara mengikatkan tali jemuran ke plafon rumahnya.
Berbekal sebuah kursi plastik berwarna hijau, setelah berhasil mengikatkan ujung tali ke plafon rumahnya, ketika sebagian umat Islam sedang menunaikan sholat magrib berjamaah, Ia putuskan untuk mengakhiri hidupnya.
Bagian Lima
*****
Juminten selama ini sangat mempercayai dukun yang baru saja mengakhiri hidupnya. Selama ini perempuan muda itu begitu berharap pada dukun perempuan yang kata Mery bisa membantunya, agar suaminya itu bisa menceraikan madu-nya.
Sudah banyak ramuan dari dukun yang telah diberikan Juminten kepada suaminya dan Surtini, semua perintah dukun itu sudah dia kerjakan semua, tidak ada yang terlewat, dari mulai mencampur ramuan itu dalam minuman, dicampur ke dalam makanan bahkan ramuan yang direbus hingga ke dalam air yang akan dipakai untuk mandi oleh suami dan madu-nya.
Saat itu dengan keyakinan penuh bahwa melalui perantara barang-barang pemberian dari dukun bisa membuat suaminya berpaling dari saaingannya, Juminten sesaat lupa akan dosa. Bahwa sesungguhnya apa-apa yang dikerjakannya itu semakin membuatnya semakin jauh dari agama dan juga orang-orang yang selama ini begitu mengasihinya.
Sebelum kematian dukun yang dikenal bisa meramalkan nasib orang itu, beberapa orang yang mengenal baik dirinya, sebenarnya sudah mengingatkan dirinya yang semakin hari semakin hari semakin terlihat aneh di mata mereka.
Sebenarnya Juminten menyadari, bahwa selama ini memang dirinya terasa semakin jauh dengan orang-orang terdekatnya, kepercayaannya yang begitu kuat kepada Dukun dan Mery itu telah membuatnya menjadi wanita yang rapuh, walau sekilas terlihat kuat karena amarahnya yang suka meledak-ledak.
Hati dan pikirannya mengabaikan suara hati kecilnya yang terkadang masih berusaha mengingatkannya, semuanya Ia abaikan, demi terbalaskannya rasa sakit hati karena merasa diduakan oleh suami-nya.
Masih jelas di dalam ingatannya, bagaimana dukun perempuan yang semasa hidupnya itu suka menceritakan tentang ‘penglihatnya’ dan saat itu Juminten bisa melihat bagaimana Dukun perempuan itu begitu dihormati oleh para “pasiennya”.
Juminten ingat, pada pertemuan terakhirnya dengan dukun yang pernah meramalkan kejadian tsunami tahun 2004 yang lalu dengan tepat itu, dukun wanita itu memang sempat berkata, bahwa sebenarnya suami dan “adik” itu orang baik, tapi karena ucapan Mery yang selalu mengatakan bahwa suatu saat dirinya pun akan mengalami nasib yang sama dengannya, semakin hari rasa kebencian yang timbul kepada “adik”nya itu semakin menjadi-jadi. Hingga saat itu dia menyetujui permntaan Mery, agar dukun wanita itu melenyapkan “adik”nya.
Menurut dukun yang dikenal ahli di dalam meramal dan memisahkan dua hati yang saling mencintai itu, pada ritual yang ketiga untuk melenyapkan saingan perempuan muda, antara sadar dan tidak sadar, dalam tidurnya dia seperti didatangi oleh sepasang manusia yang dilihatnya mengenakan pakaian seperti seorang Raja dan Ratu dari zaman kerajaan. Selanjutnya raja dan ratu itu tiba-tiba saja berubah menjadi sosok seorang pria dan wanita. Sosok pria itu dilihatnya mengenakan kemeja panjang warna coklat yang warnanya terlihat sudah pudar dan begitu kumal, sedangkan sosok wanita itu mengenakan hijab panjang berwarna hitam, selaras dengan pakaian warna hitam yang dikenakannya.
Pria dan wanita itu tidak banyak bicara, dukun itu ingat, bahwa Sang Pria yang dating menemuinya itu hanya bicara, “asalnya dari langit, kembalilah ke langit, asalnya dari bumi kembalilah ke bumi, dan engkau yang berasal dari api, kembalilah kau keneraka jahanam bersama orang-orang yang selama ini mengikutimu.”
Setelah mendengar ucapan dari Sang Pria yang menjumpainya di dalam mimpi, tiba-tiba saja dia merasakan sakit yang tidak terkira di tubuhnya, berlanjut dengan satup ersatu bagian tubuhnya itu dia lihat mulai mengeluarkan darah segar, sebelum akhirnya mulai hancur satu persatu, di mulai dari kaki kanannya yang tiba-tiba saja seperti ada yang menariknya sehingga lepas dari tubuhnya, berlanjut ke kaki kirinya, kedua tangannya dan yang terakhir ia melihat dirinya sudah tidak memiliki kaki dan tangannya, dalam kesakitan yang tidak terkira itu Ia terjaga, karena dibangunkan oleh anak gadisnya yang paling besar.
Dukun itu menceritakan mimpi buruknya setelah berusaha menolong perempuan muda dan temannya itu setelah sebelumnya dia tidak mampu menjawab pertanyaan perempuan muda di depannya, ketika itu bertanya tentang pandangannya untuk tahun 2022.
Menurutnya, saat itu dirinya memang tidak mampu melihat apa-apa, semuanya terlihat begitu gelap dan hanya satu yang sempat dilihatnya, yaitu, pria dan wanita yang dilihatnya di dalam mimpi buruknya itu datang dan memasangkan bendera warna putih di persimpangan jalan menuju ke rumahnya.
Selesai
Terima kasih sudah membantu, semoga berkah dunia dan akhirat dan makin dilancarkan rezekinya ya..
Catatan:
Cerita bersambung ini tayang di Warkasa1919.com dan Rumahfiksi.com, Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan Foto, nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsure kesengajaan