HEADLINE
Mode Gelap
Artikel teks besar

Puisi | Merayu Tuhanku [Premium]

Avatar

KONTEN PREMIUM

Rumahfiksi.com

Anda sedang membaca Konten Premium

LIHAT KAMI

 



 

Puisi | Merayu Tuhanku [Premium]

Saat di tengah keramaian dengan hiruk pikuk suara bersahutan, seharusnya aku merasakan keramaian ini, ternyata tidak. Pikiran ke satu tempat, nun jauh di sana.

Aku ingin seperti Siti Hajar yang merayu Tuhan dengan cara berlari dari bukit Shafa ke bukit Marwah, dan Tuhan mengabulkan rayuan Siti Hajar dengan mengalirnya air Zam-zam dari bumi tempat Ismail menggerak-gerakkan kakinya.

Aku menyadari dengan sesadar-sadarnya, apalah diri ini hanya seorang perempuan pendosa yang berusaha merayu Tuhan dengan cara berbeda. Rayuanku tetap sama dan selalu sama.

Bisikanku semoga didengar oleh-Nya, meski mulut ini tidak sesuci perempuan terhormat lainnya, tak perlu menunjuk-nunjuk harus berkata yang didengarnya. Diamku adalah bisikanku pada Tuhan, menerima takdir. Pahit terasa pahit, andai bisa memilih, namun ini adalah garis kisah hidupku.


Rayuan pada Tuhanku, bukan hanya untuk diri seorang, bukankah ada pujangga yang mengatakan orang yang cintanya tulus akan mendoakanmu dalam diam. Tak perlu diumbar, biarlah menjadi rahasia Tuhan dan aku.

Aku akan terus merayu seperti Siti Hajar yang terus bergerak demi membuktikan pada Tuhan bahwa Ia akan terus berusaha sampai rayuannya dikabulkan Tuhan.

Untuk anak manusia  yang sudah terbangun, bersiap dan waspadalah dengan tipu daya dunia yang terlihat mempesona. Jangan tertipu dengan ketampanan dan kecantikan makhluk yang akan membuat terlena

Tetap berpegang teguh pada janji yang sudah terpatri dengan bumi serta langit yang menjadi saksinya. Seperti janji Adam dan Hawa pada sang Pencipta.

Tak merasa diri ini sesuci perempuan yang selalu merasa lebih baik, aku terus berusaha bangkit dan akan terus bergerak agar Tuhan tau, aku tidak selemah dan sehina yang mereka pikir.

Pandangan manusia tidak selamanya benar, jangan takut dengan penilaian manusia, percayalah Tuhan tidak pernah salah menilai umat-Nya

Untaian lagu Merayu Tuhan, mencabik-cabik dan mencubit rasa, bertanya pada diri apakah rayuanku masih kurang? Apakah Tuhan masih menguji kesabaranku?

Dinding-dinding terus menggeliat mencari pena untuk menggoreskan kata-kata yang terus meliuk-liuk. Suara ini lirih menyebut nama yang diciptakan oleh-Mu, aku sadar tidak seutuhnya.

Bibir ini terus dan akan terus merayu Tuhan sampai bibir dan napas ini berhenti selamanya.

Tuhan semoga Engkau tidak pernah bosan mendengar dan selalu mendengar rayuan dari bibir pendosa ini. Aku mohon jangan pernah tinggalkan aku sampai batasnya harus pergi.

Kaki ini akan terus berjalan tak akan berhenti dan kedua tangan ini akan selalu menengadah kepada-Mu, dengarlah dan kabulkan bisikanku Tuhan, hanya Engkau yang tidak pernah membuatku kecewa.

Dalam kelemahan tersembunyi kekuatan, dalam tawa canda tersembunyi air mata, biarlah semua mendengar riangnya kicauan Merpati tanpa perlu mendengar seraknya suara Gagak. Bunga tidak selamanya segar suatu saat layu. Tiada yang abadi hanya doa abadi selamanya.

Jalanan ini mendekati rumah yang dituju, kerikil semakin menusuk telapak kaki, berjalan pun tertatih-tatih, berjalan melambat tak mengapa asal sampai pada tujuan.

Debaran rasa mencubit hati, tergores kata indah penuh makna, terpahat ukiran nama dan hanya Tuhan Maha Mengetahui, aku titipkan pada-Mu untuk makhluk ciptaan-Mu. Aku akan tetap berdiri disini sampai saatnya tiba.

Aku akan terus merayu Tuhan dengan caraku. Tuhan, aku akan datang dikala yang lain memilih bersembunyi dalam buaian, aku akan datang pada-Mu bersama satu makhluk ciptaan-Mu yang selalu terjaga.

Tak pernah bibir ini berkata, "Mengapa harus aku?" Melakoni skenario Sang Pencipta yang tak pernah terpikirkan sebelumnya, meski skenario itu terasa perih dan kejam, tersembunyi hikmah didalamnya.

Garis kehidupan terpatri bagai goresan di atas batu yang terletak di puncak gunung yang tak ada manusia yang bisa menggapai dan menghapusnya tanpa seizin-Nya. Ikhlas melakoni skenario Tuhan.

 

Adsn1919

 BANTUAN

Posting Komentar
Tutup Iklan
www.domainesia.com