PURNAMA DAN PEREMPUAN BERKERUDUNG HITAM
PURNAMA DAN PEREMPUAN BERKERUDUNG HITAM
Langit terlihat kelam seperti pintalan benang hitam di atas bantal bersarung kelabu, seketika berubah menjadi terang ketika Perempuan berkerudung hitam memintal kata demi kata menjadi rangkaian yang begitu indah. Pintalan kata dijadikan selimut malam ketika binatang malam keluar dari persembunyiannya.
Purnama tersenyum melihat kearah Perempuan berkerudung hitam, Purnama itu masih terlihat bulat seperti di awal-awal lelaki bermata tajam itu menitipkan padanya, tak terlihat sedikitpun ada goresan pada Purnama karena tangan halus milik perempuan itu selalu menjaga Purnama selayaknya Ia menjaga sebuah hati yang bersih tanpa setitikpun ada noda.
Catatan demi catatan yang terlihat indah bertintakan emas, satu persatu mulai berterbangan menuju sang Pencipta, kini catatan demi catatan itu mulai berubah menjadi nyata. Senyum haru terhampar dari bibir Perempuan berkerudung hitam karena Ia mengetahui bahwa catatannya itu saat ini telah berada di dalam genggaman sang Pencipta.
Di bawah langit yang diterangi cahaya Bulan, di antara desiran angin yang menggugurkan dedauanan, Perempuan berkerudung hitam terus berjalan, menyusuri jalanan panjang yang telah berhasil Ia lalui dengan penuh kesabaran, Purnama masih berada dalam pangkuan sampai sang Pemiliknya datang.
"Ahhhh" perempuan itu berteriak ketika pecahan cermin sedikit melukai tangannya, tatapan matanya melihat ke arah cermin dan luka ditangannya itu seakan tak percaya, cermin yang biasa Ia pakai untuk melihat lelaki bermata tajam menggores ujung jari tangannya.
Melihat goresan luka di tangannya, Perempuan berkerudung hitam itu tersadar, ternyata selama ini ada yang berusaha memecahkan cermin itu. Rasa sakit di tangannya membuat Perempuan berkerudung hitam itu seperti terjaga, karena hampir saja matanya terlelap oleh hembusan angin malam yang membuatnya terlena. Rembulan kembali tersenyum menatap Perempuan berkerudung hitam, tatkala dia melihat perjuangan di sepanjang perjalanan Perempuan berkerudung hitam yang tidak mudah.
Kabar burung selalu dihembuskan, seolah-olah ingin agar Ia menghentikan langkah kakinya. Sepasang mata menatap lembut meyakinkan agar kaki Perempuan berkerudung hitam itu terus melangkah, kerlip pelita terlihat semakin dekat.
Hujan badai membuat kuyup sekujur tubuhnya, Perempuan berkerudung hitam itu terus berjalan, gigil di sekujur badan tak lagi Ia rasakan, sebuah pinta seolah menjadi sumber kekuatan yang membuat Perempuan berkerudung hitam itu terus berjalan. Terlihat senyuman tulus penuh kegembiraan tatkala Perempuan berkerudung hitam itu itu tetap tegar melewati banyak rintangan di jalan sunyi seperti awal pertemuan.
Rembulan akan terus berada dalam pangkuan, meski kabar burung selalu dihembuskan. Perempuan berkerudung hitam yakin seyakin-yakinnya doa baik akan kembali pada pendoanya begitupun doa buruk akan kembali kepada sang pemintanya.
Perempuan berkerudung hitam menyadari, bahwa tidak ada manusia tanpa dosa, tak pantas kiranya jika Ia berani menilai orang lain sesuai versinya. Perempuan berkerudung hitam itu melihat langit yang terlihat begitu bersahabat dengannya, Ia teringat dengan cerita Kisah Si Belah Mencarj Tuhan yang pernah ditulis oleh orang yang membuat dirinya ada.
Kisah Si Belah Mencari Tuhan adalah cerita yang sarat makna, berkisah tentang seseorang yang merasa paling baik amal ibadahnya hingga membuatnya tergelincir akibat kesombongannya. Berbalik dengan orang yang dianggap hina dan buruk di mata manusia lainnya ternyata Tuhan berkehendak mengangkat derajatnya.
Perempuan itu terus berjalan, dengan pintalan kata demi kata yang akan melindunginya dari pandangan kasat mata. Ia sudah tidak mau menilai keburukan manusia lain, biarlah itu menjadi urusan masing-masing.
Tangan kokoh lelaki bermata tajam terus menggenggam erat jemari tangannya, melewati rintangan demi rintangan di setiap jalanan sunyi yang dilaluinya tanpa pernah mampu di baca oleh para pembenci dirinya.