HEADLINE
Mode Gelap
Artikel teks besar

nirvan udyanam

Imajinasi Tanpa Batas





**

Malam terasa begitu hening, disepertiga malam yang bahkan suara binatang malam pun tak lagi terdengar, terlihat seorang perempuan tengah duduk di atas praarthana mat, mukena yang dipakainya terlihat basah, di semburat cahaya yang terlihat begitu samar, bisa kulihat ada genangan air mata dikedua kelopak matanya. 

Di antara desiran angin sepertiga malam, sayup-sayup aku mendengar suara isakan tangis yang  terdengar lirih. Entah perbuatan dosa apa yang sudah dilakukannya, dalam sepi aku mendengar perempuan ini terus memohon ampunan pada prajapatih.

Dalam keheningan perempuan ini terus meratapi  skenario yang jika saja dapat memilih, sesungguhnya tak ingin Ia lakoni, bila melihat ke belakang jujur saja Ia merasa malu dan penyesalan teramat dalam dengan apa yang pernah terjadi di masa lalunya. 

Dikeheningan malam, terdengar isak tangis perempuan itu begitu menyayat hati bersamaan dengan air matanya yang terus jatuh membasahi bumi. 

Di ratrau trutiyah perempuan itu selalu menadahkan kedua tangannya, berdoa kepada sarvashaktiman prem dengan permintaan yang sama.

 

**

Dalam samar, tiba-tiba perempuan itu merasa tengah berada di suatu tempat yang tidak begitu asing dimatanya dan ditempat ini Ia melihat ada seorang lelaki bertubuh tinggi tengah duduk sambil tersenyum kearahnya, dalam rasa penasaran dia coba tatap kedua mata lelaki asing itu penuh selidik untuk mencari tahu identitas dirinya, namun lagi-lagi Ia tidak sanggup menatap kedua mata tajam itu hingga akhirnya hanya mampu menundukkan wajahnya.

Dalam samar Ia seperti mendengar suara lelaki itu seperti tengah bertanya pada dirinya sendiri, 

"kutra aham? kimartham atra asmi?"

Perempuan itu kembali melihat kearah lelaki yang terlihat bingung dengan suasana ditempat ini.

"ko tvam, kimartham sahasa asmin sthane asi?" Perempuan itu spontan bertanya pada lelaki yang terlihat masih begitu asing dengan keadaan di tempat ini.

"maa bhayam kuru mis, mam asmin sthane dushtaabhiprayah nasti, kevalam etat eva yat aham adyapi bhramitah asmi yat aham asmin vichitre sthane kimartham antam abhavam.

 

Perempuan yang selalu mengenakan dirghah krushnah aavaranah itu, menatap lelaki bermata tajam di depannya yang terlihat jujur dengan ucapannya barusan dan masih terlihat bingung dengan keadaan ditempat ini.

 

Di sebuah taman yang terlihat begitu indah dengan warna warni bunga yang terlihat  indah, setelah saling diam sejenak, dirghah krushnah aavaranah itu kembali berkata,

"javadvipe sthite udayananirvane svaamih."

"ya vidhat, katham aham atra aagatah? aham param dvipah aagatah, na ch netranimishen etat sthanam praptum shakyate." lelaki itu berkata sambil memegang kepalanya sendiri, seperti orang tak percaya ketika tau sudah berada ditempat ini.

"katham tvam etat sthanam praptavan mahodaya, yadi tvam purvam kadapi atra na gatah?" Perempuan itu kembali bertanya seaolah-olah masih tidak percaya.

Lelaki itu, kembali melanjutkan ceritanya,"tada aham maune-naukayam gachami sm, ekaantakale aham ekasyah striyah saannidhyasya aasham kurvan aasit, yaya varshaanam yavat aham sarvada mam ishvaram yachitavan yat aham tam striyam militum shaknomi tatha ch purvam, aham na janami yat katham maya ekam svaram shrutam yat aham maam gacchhan eva gachami iti pruchati sm tatha ch sahasa aham asmin sthane aagatya bhavantam asmin sthane ekaante upvishtam drushtavan. Lelaki itu berkata dengan mata seolah-olah tidak percaya sambil terus menatap perempuan berkerudung hitam di depannya.

Sesaat krushna aavaranayukta stri itu terdiam sebelum akhirmya  menangis, sambil mengusap air matanya, dengan ragu Ia memegang tangan lelaki di depannya, "kim tvam narah asi va na va? yadi tvam jinna va dasyu va asi tarhi krupaya asmat sthanat nirgachatu!"

Perempuan itu merasakan tangan lelaki itu hangat dan ketika dengan iseng mencubitnya, lelaki itu meringis kesakitan.

 

Di antara hamparan warna-warni bunga yang tengah bermekaran, di nirvan udyanam yang terlihat begitu indah, terlihat bhrungah prafullitapuspasya amrutam chushayati.

 

**

Suara pradoshah praarthanayah aahvanam dhvanyate, perempuan diatas sajadah itu tersentak dan terbangun, ternyata dia sempat tertidur ketika sedang berdoa tadi, bermimpi, mimpi yang terasa begitu nyata. 

Perempuan itu membuka mukenanya, lalu menuju ke kamar mandi untuk mengambil aachamajalam lagi, terasa begitu segar ketika aachamajalam kembali membasahi wajahnya.

Perempuan itu melakukan shubuh praarthana dengan khusu dan tak lupa berdoa dengan doa yang sama pada prajapatih.

 

Sambil melipat sajadah, perempuan itu seolah ingat dengan mimpi yang baru Ia alami ketika sedang berdoa, melihat ke arah pergelangan tangannya seperti tidak percaya, dimana saat ini telah ada falakankanam viparyayashapathah yang saat ini telah melingkar dipergelangan tangan kanannya.

Sambil mengusap falakankanam viparyayashapathah di pergelangan tangannya dia  kembali ingat pada lelaki bermata tajam itu yang di dalam mimpinya tadi memasangkan falakankanam viparyayashapathah itu ketangannya.

Setelah pertemuan dengan lelaki itu, perempuan yang sering memakai kerudung hitam itu kini terlihat kembali ceria, falakankanam viparyayashapathah  misterius itu selalu Ia pakai menemani hari-harinya yang terlihat dimata orang lain terlihat selalu sendiri kemana-mana walaupun sesungguhnya dirinya saat ini tak lagi sendiri.

Dalam sunyi perempuan itu selalu merasakan kehadiran lelaki bermata tajam itu kemanapun dia melangkahkan kaki.

Meski tak terlihat, namun Ia percaya bahwa lelakinya itu tak pernah berada jauh darinya hingga saat ini Ia lebih berhati-hati ketika bergaul dengan lawan jenis, banyak orang yang melihat perubahan itu, pada awalnya banyak yang mencibir dirinya dan beberapa laki-laki yang dulunya merasa bisa mendekati dirinya dengan alasan pertemanan sempat mengatakan dirinya dengan perempuan itu sok cantik dan lainnya, karena dianggap terlalu membatasi diri dalam bergaul dengan lawan jenisnya. 

Waktu terus berjalan dan perempuan itu tak ambil pusing dengan omongan dan prasangka mulut-mulut usil kepada dirinya, dalam hati perempuan itu hanya berkata,"biarlah pandangan manusia yang selalu salah dalam menilai dan biarkan dengan prasangka masing-masing." 

Dalam sunyi, krushna aavaranayukta stri itu bisa merasakan jika Ia sedang bersedih, rahasyamayah purushah itu selalu hadir untuk menghibur dan menenangkannya.

"पृथिव्यां à¤ªà¤¤ितं à¤ªà¤¤्रमपि à¤¤à¤¸्य à¤…नुज्ञातः à¤…वश्यमेव à¤­à¤µà¤¤ि।"[i]

Tanpa sengaja krushna aavaranayukta stri itu membaca suatu kalimat yang cukup menarik hatinya ketika sedang berselancar di dunia maya, hingga dengan rasa penasaran akhirnya dia melihat foto profilnya dan seperti tidak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya. Wajah di foto profil itu tidak asing lagi dengan dirinya, karena lelaki di foto profil itu adalah rahasyamayah purushah yang pernah menemuinya di nirvan udyanam[i].

 

Lautan Kata 1919

 



[i] "Bahkan sehelai daun yang terjatuh ke atas muka bumi ini pun sudah pasti terjadi atas izin-Nya."

 



[i] Taman Nirwana


Disclaimer: Cerita ini hanya fiksi belaka, jika ada kesamaan Foto, nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.


© 2025 - Rumahfiksi.com. All rights reserved
Avatar

Ikuti

Beri Dukungan:
Anda dapat membaca Konten Premium dengan Metode Pembayaran, silahkan berlangganan untuk lanjut membaca atau Traktir Creator Minum Kopi.

Posting Komentar
Tutup Iklan
www.domainesia.com