*****

Sekuntum Kamboja kembali jatuh di pergantian masa.

Di lantai keramik yang terlihat begitu bersih. Di sisi timur kolam renang yang hanya dipergunakan oleh kalangan terbatas saja, sesosok lelaki muda menghela nafasnya secara perlahan, matanya menatap teduh ke arah bunga-bunga kamboja yang  berguguran.

Januari baru saja berlalu, meninggalkan bunga-bunga Kamboja yang berguguran dan juga luka, namun Februari belum juga terlihat datang bersama kehangatan. 

Biasanya Februari selalu datang bersama mentari pagi yang selalu membawa kehangatan, sambil menaburkan benih-benih cinta dengan di saksikan oleh Kamboja yang tak bosan-bosannya mengingatkan kepada semuanya; tentang cinta dan harapan, juga tentang arti penantian panjang sebelum akhirnya  memasuki alam keabadian.

Di antara hembusan angin yang bertiup kencang, dibawah batang Kamboja yang masih bergoyang, lagi-lagi lelaki muda itu menatap teduh ke arah Januari yang terus berjalan, melangkah pergi, meninggalkan masa lalu, bunga-bunga kamboja yang berguguran, dirinya dan juga semuanya tanpa menoleh lagi ke belakang. Kelam. 

Dipergantian masa, hembusan angin masih terus menggugurkan dedaunan dan juga bunga-bunga kamboja, meninggalkan jejak luka dan juga kesedihan yang mendalam diantara genangan air hujan.

"Kapan musim hujan ini akan segera berlalu?" Gumam wanita cantik berkacamata yang selalu mengenakan kerudung panjang berwarna hitam itu, sambil menatap sendu ke arah langit yang terlihat kelabu.

Perlahan tapi pasti, langit mulai berhenti mencurahkan air hujan bersamaan dengan kepergian Januari. 

"Untuk segala sesuatu ada Masa nya, untuk apapun di bawah langit ada Waktu nya. Bersabarlah, yakinlah bahwa setelah hujan, akan ada pelangi indah yang menghiasi langit nan biru, begitu juga dengan jalanan kehidupan ini, sesudah kesulitan akan ada kemudahan. Demi waktu, aku berjanji akan selalu ada untukmu di bangun dan tidurmu, bersabarlah, sebentar lagi Puzzle-puzzle takdir akan menyatu dan saling melengkapi."

Lelaki muda itu berkata pelan sambil menatap teduh ke arah wanita yang begitu dia kasihi, ada rasa haru dan juga senyum tulus ketika melihat kesabaran dan juga keikhlasan dari wanita itu yang terus bertahan di sisinya, diam tak bergeming sambil menggengam erat jemari tangannya, walau tubuh mereka basah kuyup diterpa derasnya air hujan.

*****

Kamboja menjadi saksi, ketika duka dan juga kesedihan pergi mengiringi kepergian Januari yang berlalu meninggalkan genangan air dimana - mana.

Hidup terus berjalan, sebagaimana Sang Waktu yang terus berjalan, mengikuti putaran roda-roda kehidupan. 

Ada sedih dan juga kebahagiaan mengiringi takdir, langkah-langkah kaki anak manusia, menyambut kedatangan Februari dengan penuh sukacita, Februari datang bersama cinta dan membawa serta kehangatan bersama mereka.

Di antara tiupan angin yang masih menggoyang dedaunan, kamboja menyaksikan dua anak manusia terus berjalan, bergandengan tangan, meninggalkan genangan dan juga luka di akhir masa, terus berjalan dibawah sinar mentari yang membawa kehangatan, menyongsong masa depan bersama harapan dan juga kebahagiaan, tersenyum haru karena mereka sadar bahwa sesungguhnya mereka berdua baru saja lulus dari ujian kehidupan.

Di bawah hangatnya sinar mentari yang bersinar cerah, sayup-sayup Kamboja mendengarkan suara wanita cantik berkacamata itu berkata pelan sambil tersenyum melihat ke arahnya.

"Kami percaya dengan kekuatan kata-kata, baik yang tertulis maupun diucapkan."

Bersama Februari, Kamboja tersenyum tulus melihat ke arah dua insan yang terus berjalan sambil bergenggaman tangan, di iringi suka cita dan kebahagiaan, tanpa ragu mereka berdua membuka lembaran demi lembaran waktu menuju masa depan.

Lautan Kata