HEADLINE
Mode Gelap
Artikel teks besar

Cahaya dalam Gelap

Imajinasi Tanpa Batas

 

 Cahaya dalam Gelap


Malam itu begitu gelap, hanya disinari oleh remang-remang lampu jalan di ujung gang. Hujan turun deras, membuat tanah di depan rumah kecil itu berubah menjadi kubangan air. Di dalam rumah yang hampir roboh, seorang ibu bernama Lestari tengah duduk di samping anaknya, Dafa, yang terbaring demam.

Lestari, seorang janda yang kehilangan suaminya dua tahun lalu karena kecelakaan kerja, kini berjuang seorang diri membesarkan Dafa. Hidup mereka bergantung pada pekerjaan Lestari sebagai buruh cuci. Uang yang ia dapatkan hanya cukup untuk makan seadanya, apalagi membeli obat-obatan.

Malam itu, suhu tubuh Dafa semakin tinggi. Nafasnya tersengal-sengal. Lestari tak tahan melihat anak semata wayangnya terkulai lemah. Dengan hati yang berkecamuk, ia memutuskan untuk pergi ke puskesmas. Ia meraih payung tua yang penuh lubang dan selimut tipis untuk menutupi tubuh Dafa.


Di tengah derasnya hujan, Lestari menggendong Dafa. Tubuhnya menggigil, tapi ia tetap berjalan, melawan dingin dan angin malam. Beberapa kali ia tergelincir di jalanan licin, namun ia bangkit lagi, terus melangkah.

Sesampainya di puskesmas, petugas medis segera menangani Dafa. Dokter berkata bahwa Dafa terkena demam berdarah dan harus segera dirawat di rumah sakit. Wajah Lestari memucat. Bagaimana ia bisa membayar biaya rumah sakit?

Namun, ia tidak menyerah. Dengan tekad yang kuat, Lestari berlari ke rumah tetangganya, Pak Herman, seorang pensiunan guru yang sering membantunya. Dengan suara terbata-bata, ia menceritakan keadaan Dafa. Tanpa ragu, Pak Herman meminjamkan uang untuk biaya rumah sakit.

Setelah beberapa hari dirawat, kondisi Dafa perlahan membaik. Lestari selalu berada di sampingnya, membisikkan doa-doa yang tak pernah putus. Mata lelahnya penuh harapan, meskipun ia tahu bahwa hutang harus ia lunasi nanti.

“Bu, maaf ya, Dafa bikin Ibu susah,” ucap Dafa suatu pagi, ketika ia mulai sadar.

Lestari menggeleng, matanya berkaca-kaca. “Kamu adalah alasan Ibu tetap kuat, Nak. Selama kamu sehat, itu sudah cukup untuk Ibu.”


Hari-hari berlalu, dan Lestari bekerja lebih keras dari sebelumnya. Ia mengambil pekerjaan tambahan, membersihkan rumah-rumah tetangga, demi melunasi hutangnya. Namun, setiap kali ia melihat senyuman Dafa, kelelahan itu hilang seketika.

Lestari adalah cahaya bagi anaknya, meskipun hidupnya penuh kegelapan. Ia percaya, selagi ia punya cinta dan doa, tak ada badai yang tak bisa ia lewati.


© 2025 - Rumahfiksi.com. All rights reserved

Avatar

Ikuti

Beri Dukungan:
Anda dapat membaca Konten Premium dengan Metode Pembayaran, silahkan berlangganan untuk lanjut membaca atau Traktir Creator Minum Kopi.

Posting Komentar
Tutup Iklan
www.domainesia.com