HEADLINE
Mode Gelap
Artikel teks besar

Aku Adalah Sekumpulan Kata-kata Keabadian

Imajinasi Tanpa Batas

Andai aku sekumpulan kata  yang menyatu menjadi kalimat, aku persembahkan pada segenggam harapan membawa terbang menuju nirwana, berjejak dan terlihat. 


Kumpulan awan hitam tersibak kemurnian udara, tak terlihat tapi terasa, bukankah engkau juga merasakan? Betapa dahsyatnya kekuatan yang Tuhan berikan pada kita? Tak terlihat tapi ada dan engkau tau apa itu. 


Untaian-untaian kata menggelinding pada tempatnya, lihatlah betapa indahnya kata-kata   seperti mozaik, tak tersusun tapi indah dipandang mata, begitupun untaian kata-kata tersirat.


Melati tercium wanginya menghiasi peraduan merasuk dalam sukma, kesucian bunga melati menjadi simbol keberadaan, berdiri kokoh di jalan yang tak semua orang sanggup melaluinya.


Energi bumi dan langit menguatkan kekuatan penyatuan makhluk ciptaan Tuhan, manusia tak kuasa menghindarinya, lemah dihadapan Sang Pencipta, takdir digariskan. 


Nahkoda kapal berlayar menerjang lautan, laut terkadang bersahabat terkadang bagai musuh yang bisa menenggelamkan, tangan nahkoda  kokoh agar kapal terus berlayar menuju tenangnya lautan.


Cerita jalan hidup manusia  berbeda, jangan pernah menyamaratakan dan mempersalahkan jalan hidup manusia lainnya, tak elok menilai baik buruk manusia lewat pandangan sendiri, mereka menjalani hidup itu melalui proses yang berat dan belum tentu semua sanggup menjalaninya. 


Inilah hidup, tak semua melihat  keseluruhan, mendengar kisah yang tak utuh untuk menilai seseorang, tak adil bukan?


Nasehat penuh muslihat, mewaspadai setiap kata demi kata, seperti katamu lebih baik terbang tinggi di angkasa berteman sunyi ketika bumi  dirasa tidak baik-baik saja. 


Tangan-tangan berkuku tajam menghilang tenggelam di lautan lepas, kapal itu sangat kokoh berbalut rasa, buhul-buhul kembali pada sang pemilik menggelepar bagai ikan di daratan, tangan setan mencabik muka sendiri.


Alam semesta menjadi saksi ketika debu menjadi mutiara, hina menjadi terhormat, roda itu tak selamanya berada di bawah, seperti jangkar tak selamanya berada dalam lautan. Kapal itu melaju melewati tenang setelah badai dilampaui.


Isakan saatnya berganti senyuman, memandang lautan lepas, burung Camar menyapa hangat, menjauh dari hiruk pikuk dunia dengan segala intrik dan prasangka. Genggaman sang Pencipta merengkuh sepasang tubuh, tak terlihat menutup mata-mata pencari celah. 


Percakapan hati menjadi nyata, saling merasakan bertautan meski tak terlihat, perlahan namun pasti kaki melangkah, menuju satu titik semakin dekat.


Aksara demi aksara kehidupan terukir abadi pada pahatan hati terdalam, tinggi langit dalamnya lautan telah terlewati, nahkoda terkadang kelelahan membawa kapal melangit dan membumi. Janji terpatri.


Pantang berbalik haluan jika tujuan belum tercapai, burung camar terbang tinggi di angkasa menikmati heningnya laju kapal, daratan semakin dekat terlihat sambutan menanti kedatangan 


Anak manusia menjalani hidup sesuai yang tertulis sebelum nyawa berada dalam raga, bagai kisah yang ditulis para pujangga,  seperti wayang yang digerakkan oleh sang Dalang.


Selamat jalan masa yang telah terlewati, selamat datang  masa yang akan dijalani sambut hangat penuh senyuman, melambai merangkul kedatangan, meraih sebuah pinta.


Angkasa bersahabat terlihat indah memandang penuh kelembutan, pesona ciptaan Tuhan begitu nyata. 


Mata saling memandang penuh arti, berbinar bagai permata berkata dalam diam adalah nyata. 


Prasangka manusia tidak selamanya benar, membendung satu persatu tidaklah mungkin, waktu telah membungkam. Tak perlu mengetuk dari pintu ke pintu demi sebuah penjelasan. 


Apel hijau dalam lemari es masih segar seperti pertamakali disimpan di sudut tak terlihat tak terjangkau  kesegaran menyelimutinya sampai satu tangan meraihnya membawa dalam keabadian.


Imajinasi berkeliaran ditangkap rasa, diketuk hati terkunci rapat dalam peti gelombang lautan terlampaui, berteman burung camar melalui beberapa pulau menuju satu titik, perjalanan sunyi dilalui dalam diam. 


Meniti tangga menuju puncak, tangga dilalui terkadang goyah kaki kokoh berpijak, setiap tangga dilalui berhias tantangan tersendiri. Yakin niscaya semua akan mudah.


Air dalam gelas masih bening seperti purnama dalam pangkuan, terjaga dalam bisik membangunkan manusia yang masih tertidur lelap berselimut gemerlap dunia yang memabukkan.


Tak mengapa perjalanan ini sangat sunyi, terlihat tak menarik bila dilihat dengan mata terpanjang, biarlah sedikit tapi pasti 


Indahnya dunia terlewati saatnya membekali diri menuju keabadian. Ada dalam ketiadaan. 


adsn1919

 

 
www.rumahfiksi.com

Artikel biasa adalah konten yang bisa diakses oleh semua pengunjung rumahfiksi.com. Konten Premium adalah konten yang dapat diakses dengan sistem berlangganan pada situs dalam jaringan (online). Konten Premium disajikan dengan artikel yang lebih mendalam.

Tutup Iklan
www.domainesia.com