Wahai Angin
Wahai angin dalam diamku, banyak yang ingin aku ceritakan, tapi sayang tidak semua ingin mendengar, karena ceritaku terkesan membosankan bagi mereka.
Wahai angin, adakalanya aku ingin ditanya "Apa yang ingin engkau ceritakan" mungkin tangisan yang akan keluar bukan kata-kata lagi.
Wahai angin, terkadang rasa sakit terasa atas perlakuan ciptaan-Nya, ternyata benar lingkungan telah merubah sifatku, saat ini aku bagai harimau betina yang tidak suka diusik.
Wahai angin, ternyata aku masih harus banyak belajar dan mengenal sifat-sifat makhluk ciptaan-Nya. Pohon itu harus kuat akarnya biar tidak tumbang meski badai menerpa.
Wahai Angin, apakah aku salah? ketika merasa lelah yang teramat lelah tapi dipaksa harus tetap tersenyum dengan berbagai tempaan yang seolah tiada akhirnya.
Wahai angin, aku tau harus tetap berdiri dengan tegak meski anak panah selalu diarahkan. Aku punya Sang Pencipta dan Dia yang selalu menumbuhkan rasa semangatku, tanpa-Nya belum tentu aku masih berdiri dengan tegak.
Wahai angin, saat ini biarkan aku keluar dari keramaian, bukan sombong atau angkuh, aku ingin menjaga lisan agar tidak keluar rentetan peluru pada mereka, karena aku tau lisan ini sulit terjaga ketika terbakar amarah, jalan sunyi lebih menenangkan dan menyenangkan, tiada amarah dan kebencian.
Wahai angin, biarlah aku tetap berada di jalan sunyi, tiada ambisi mengejar dunia, aku hanya memohon pada Tuhanku agar mengabulkan doa yang selama ini ku panjatkan, doa yang sama hanya Engkau yang Maha Mengetahui.