HEADLINE
Mode Gelap
Artikel teks besar

Merenda Senyuman

Imajinasi Tanpa Batas

Merenda Senyuman


Ingatanku sedang melayang-layang di atas awan, memandang bumi mencari sebuah keberadaan, senyuman selalu tersungging bila mata saling bertatap.

Nada-nada merdu terdengar perlahan, sebuah pesan diterima. Tersungging tipis memandang Kerlip cahaya bintang yang menyampaikan pesan keramat, ada kerinduan yang selalu menemani malam-malam panjang.

Gumpalan awan hitam perlahan menghilang tertiup angin, keberadaan terlihat jelas. Sepasang mata menatap langit mencari bidadari yang bersembunyi dibalik awan. Awan hitam sirna, bulan purnama menyinari kegelapan. Cerah bahagia.

Indahnya dunia terasa hangat dengan rembulan memancarkan cahaya lembut, mengusap tubuh yang berada di bumi, saatnya senja menghilang, berganti rembulan selalu berada dalam pangkuan bidadari.

Nahkoda  terlihat mengemudikan kapal dengan susah payah, agar kapal tidak menabrak batu karang yang bisa menghancurkan kapal. Air laut tenang kembali, sang nahkoda tersenyum penuh rasa syukur, masalah besar teratasi berkat kesabaran yang luat biasa. Biarlah orang di daratan mendoakan keburukan, sang nahkoda membalas dengan doa kebaikan.

Malam semakin larut, rembulan terlihat jelas dan sempurna bulatnya. Seperti rembulan yang ada dalam pangkuan masih sempurna bulatnya. Tidak semua orang mengharap rembulan itu tetap bulat, berbagai cara dilakukan agar rembulan itu tidak utuh, baik cara halus maupun kasar telah mereka lakukan. Mereka lupa diri dan tidak tau apa yang mereka lakukan, hanya karena dendam yang mereka buat sendiri.

Elang terbang tinggi diangkasa mencari pulang, dengan sayap letih. Ada titik cahaya tempat bidadari menunggu pujaan hati datang, memintal selimut untuk menghangatkan tubuh kekasih. Rebahlah...rebah... bersembunyilah dibalik selimut, biarkan mereka berkata menurutnya, meminjam sayap burung lain untuk menyerang, biarlah karena suatu saat mereka akan lelah sendiri.

Malam semakin larut, binatang malam terdengar mengusik hati, apa yang mereka hadapi tak seperti biasanya binatang malam merasa terganggu. Ternyata ada goresan yang sengaja dibuat, untuk melukai dengan meminjam pena yang lain.  Kertas sendiri terlihat bersih dan membiarkan kertas yang lain kotor.

Ejekan demi ejekan terlontar dari mulut yang sebenarnya tidak tau, karena ingin disebut pahlawan, bagai orang bisu yang baru bicara, bagai orang buta yang baru melihat bahkan bagai orang lumpuh yang baru berjalan, semua terlontar tanpa disaring terlebih dahulu, dendam, dendam dan dendam.

Lilin keabadian tak akan pernah padam meski air membasahinya, karena keyakinan yang terpatri di hati, janji tak akan pernah diingkari, sampai nyawa lepas dari raga, hasutan demi hasutan memang selalu terdengar dengan harapan memudarkan kepercayaan. Maaf api keabadian akan tetap menyala.
 
Upaya telah dilakukan demi memadamkan api keabadian, api semakin kuat yang berupaya semakin lelah dan lemah, pura-pura tidak tau agar yang melakukan dan  yang meniup buhul-buhul tidak malu. Kegagalan membuat tak waras, senjata lain dilontarkan agar tidak diketahui kegagalannya, kambing hitam dikorbankan.

Kuku-kuku  dan taring runcing memang tidak terlihat dan disembunyikan, dipertontonkan senyuman dan keramahan yang palsu, menunggu lengah dengan mempersiapkan senjata lain. Tuhan tidak tidur sayang, percayalah Tuhan Maha Pelindung.

Di hadapan, cermin masih memantulkan wajah yang pertama kali bercermin, terlihat bahagia dengan wajah cerah, perjalanan mencapai titik puncak, rengkuhlah, raihlah jemari ini, perjalanan panjang telah sampai tujuan, saatnya menikmati tujuan yang akan dicapai.

Ikatan semakin kuat, tali mati terpasang. Doa-doa yang diucapkan akan memantul pada mulut yang mendoakan berbalik pada mereka sendiri, ingatkan cermin.

Roda-roda berputar perlahan, menikmati setiap cumbuan yang dilewati roda itu, semua jalan telah dilewati roda itu, karena keyakinan yang kuat, roda itu mampu melewati semua rintangan yang ada, seperti kehidupan tidak selamanya mulus dilewati.

Inilah kehidupan yang sebenarnya, kadang yang terlihat benar belum tentu benar, yang  terlihat jelek belum tentu jelek, yang tau diri kita adalah kita sendiri, mengikuti kemauan orang lain yang belum tentu bisa menghargai kita, tetaplah berjalan dan berkarya sesuai gaya masing-masing. Jangan mematikan karya karena orang lain yang tak pernah menganggap kita ada

Menyulam kata menjadi kalimat akan kembali digoreskan yang selama ini goresannya ditumpulkan, sayang sekali tak pernah dilihat dan dihargai usahanya, biarlah niat baik dibalas keburukan.

Untuk burung-burung  pengintai, nikmatilah racikan tulisan ini, tersenyumlah karena intaian kalian  membuatku semakin kuat. 

 



ADSN1919

 

 Kembali

Halaman
1

 © 2020-2023 - Rumahfiksi.com. All rights reserved

Tutup Iklan
www.domainesia.com