HEADLINE
Mode Gelap
Artikel teks besar

DOA

Imajinasi Tanpa Batas

Untaian kata yang terucap dari hati, tembus ke langit yang ke tujuh, meski tidak didengar manusia. Tuhan selalu mendengar. Cukup berbisik tak perlu berteriak, bukankah bila sudah saling mencinta, meski  jauh tetapi terasa  dekat di hati, begitupun ketika meminta pada Sang  Pemilik.

Tak ingin  ada lagi air mata yang jatuh dikedua pipi ini, akan aku hapus air mata yang selalu mengalir dan menemani hari-hariku. Cukup! Biarkan aku tersenyum bahagia, sudah sepantasnya senyuman menghiasai bibir ini. 

Saatnya semua telunjuk mengarah pada dirinya sendiri. Sudah sepatutnya barisan ini semakin banyak, derap langkah terdengar menciutkan nyali para penjaga buhul-buhul. Mereka lari terbirit-birit, batu yang mereka lempar, Tuhan kembalikan pada mereka. Seperti  burung Ababil melempari batu pada Raja Abrahah beserta pasukannya. 

Ketidakadilan membinasakan mereka, satu persatu, menghadap Tuhan dengan caranya sendiri. Beban ini sedikit demi sedikit hilang. Saatnya berjalan tegap diantara tangisan mereka. Dulu, tangisan selalu mereka hadirkan dalam setiap langkah kaki ini, saatnya tangisan dan kepedihan mereka rasakan. 

Bukankah roda selalu berputar? Pun dengan kehidupan ini, mereka yang selalu bertepuk tangan melihat perjalanan  yang dianggap mustahil, sekarang memohon, memaksa ikut barisan. Selama ini kemana? Bukankah tertawaan yang selalu mereka suguhkan? Setelah perjalanan ini menuju titik akhir, mereka berlarian mengejar, tidak semua bisa mengikuti perjalanan ini.

Goresan ini  bukan tentang percintaan, yang terbungkus pujian setinggi langit  tak bermakna, tapi ini adalah tentang perjalanan anak manusia menuju Tuhannya. Banyak jalan yang Tuhan berikan pada anak manusia, tinggal mereka untuk  memilih jalannya sendiri.

Perjalanan ini adalah pilihan, jalan yang hanya segelintir orang bisa melewatinya. Tidak semua sanggup melepaskan  jubah dunia, hanya orang-orang pilihan yang sanggup melewatinya. 

Doa dalam perjalanan menuju Tuhannya ini, adalah ungkapan rahasia antara para pejalan dengan Tuhannya. Tak perlu semua orang tau percakapan dengan Tuhannya. Biarlah menjadi rahasia, karena rahasia akan tetap menjadi rahasia. 

Dari bibir ini selalu membisikkan sebuah doa yang selalu sama. Doa yang keluar dari hati terdalam. Percakapan hati yang hanya sebagian kecil yang tau dan akan bercakap-cakap meski mulut terdiam. 

Bibir ini terkunci bila berhadapan dengan orang berhati dengki, biar bibir ini  tidak mengeluarkan panah beracun yang akan menorehkan luka. 

Tuhan, satu doa itu akan selalu hadir di setiap  doa-doaku. Doa yang selalu sama dan tidak berubah. Kutitipkan satu doa ini hanya pada-Mu ya Tuhanku.



Adsn1919

 

 Kembali

Halaman
1

 © 2020-2023 - Rumahfiksi.com. All rights reserved

Tutup Iklan
www.domainesia.com